Naik Grab Di Jogja

-
Naik Grab in Jogja, itu kali ya judul yang tepat untuk tulisan ini,, bikezz that's kita emang lagi berada di Kota Jogja, dan naik grab. Ceritanya kita lagi baru nyampe ke Kota Jogja,, and menuju in the kos adee gw,,. Yang akan melangsungkan acara resepsi Wisudanya.. Karena kurang persiapan, yaudah pesen jasa antar penumpang ke kosnya, & ya ga ada pilihan lain, Grab adalah solusinya. Nah karena saya baru fokus, plang pertama yang saya liat dalam perjalanan tersebut yang bertuliskan Yogyakarta adalah pelang gambar di atas, langsung saya jibret dah saking antusismenya "dah lama bgt" pengen kesini sekalian jalan~jalan... Horee...." masalah plang bodo'amat & masalah gambar bodoamat juga, yang penting Yogyakarta bertuliskan.. 
Pengen libur jauh,, dan alhamdulillah aja "kebetulan di Jogja"... Hehe...!! Gini, saya sedikit banyak punya kenangan alias punya memoeri banget, mengenai Kota yang satu ini, Yogyakarta... Dulu emang kuliahnya di sinii,, & tempat ternyaman yang pernah ada, di Separuh Aku adalah Kamu,,,weh weh wehhhh Yahhh ceritanya, begitulahhh....hi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cafetaria SEMBALUN

-
Gambar
  Harganya 20.000, maklum sja di atas kapal. Cafetaria SEMBALUN nama warung pojoknya, tepat berada dipojokan kapal sebelah paling belakang persissnya...  Di tempat biasa maksud guad di sini, tempat biasa sy ningking minum kopi ma tmen2 di warkop, warkill dan sebutan apalah lainnya.. Warung2 tembakan gitu pokoknya.. Hmm... Di kapal mahal, itulah yg terjadi...  Selamat minum kopi, coy..🍵☕ (Update) di tulis langsung di atas kapal 🚢 wkwk... 🙂😄😀
Baca selengkapnya

Pengantar Bunga

-
Gambar
  Kok berisik banget..!! Kuping gue menjerit mendengar teriakan knalpot Motor Racing dari kamar tidur gue. Kain wol tebal yang memeluk hangat tubuh gue lempar, trus gue ngesot ke lantai berjuang menghampiri detak jam alarm di meja belajar yang baru gue beli di hari minggu kemarin seharga tawar-menawar dengan adu argumen debat public terbuka yang alot banget bikin emosi naik darah sama Ibu-ibu pedagang di sebuah Pasar yang Indah. Gue paksa mata gue melek pakai obeng, gue cungkil hingga berdarah merhatiin jarum jam warna item kecoklat-coklatan, jarum pendeknya terdiem terpaku menunjuk angka dua motif Romawi. Gue menyingkap korden jendela, Cuma bisa ngeliat bola lampu yang masih menyirami cahaya terang benderangnya di tengah gelap malam yang hening lengkap dengan sedikit sentuhan suara jangkrik yang agak membosankan di kuping gue. Gue berdiri menapakkan kaki, tangan kanan di atas, goyangkan badan, lalu semua teriak YOO! YOO! YOO!..” ringankan badan, kedua tangan membentang kedepan, mata m
Baca selengkapnya